My Diary.
to share my ups-and-downs events

Memoirs of Hiroshima

hiroshima 5
A Bomb Dome.
     War is the work of man.
     War is destruction of human life.
     War is death.
     To remember the past is to commit one self to the future.
     To remember Hiroshima is to abhor nuclear war.
     To remember Hiroshima is to commit oneself to peace.
        
     (25 February 1981, Hiroshima Peace Memorial Park,
     His Holiness Pope John Paul II)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 21 September 2013, diperingati sebagai hari perdamaian dunia. Apakah perdamaian dunia itu nyata? Mari kita banyangkan situasi di bawah ini:

Pada hari yang cerah, 68 tahun lalu, seorang bocah laki-laki lahir ke dunia. Dalam suka cita, keluarga bocah itu merayakan kehadirannya.

Tak lama kemudian, tanpa sedikit pun belas kasih, sebuah bom atom meledak tepat di atas kota dimana bocah itu dilahirkan. Ledakan yang begitu besar, pedih, dan menyakitkan. Hanya diperlukan satu ledakan saja untuk merenggut kebahagiaan dan harapan keluarga si bocah.

Bocah itu selamat, namun seluruh keluarganya tewas.

Dalam panti asuhan, bocah itu hidup terasing. Ia hidup dalam kesulitan dan kesakitan. Yang lebih menyedihkan, ia tak mampu merasakan kasih dan kebahagiaan dari keluarganya lagi.

Waktu berlalu. Saat ini, bocah itu hidup sebagai a lonely old hibakusha. Hibakusha, dalam bahasa Jepang, berarti "korban bom atom" atau "korban radiasi nuklir."

"I have never once been glad I survived," katanya suatu ketika. Ingatan akan kehilangan keluarga tercinta, diskriminasi, dan bagaimana ia menderita masih terbayang di kepala.

hiroshima 3

Bocah dalam cerita itu adalah korban, satu dari ratusan ribu korban ledakan bom atom yang dijatuhi Amerika pada tanggal 6 Agustus 1945 di kota Hiroshima, Jepang. Tercatat 140.000 orang tewas dalam ledakan di Hiroshima, dan 80.000 orang tewas dalam ledakan kedua yang terjadi 3 hari kemudian di kota Nagasaki.

Dalam peristiwa tersebut, tak terhitung jumlah korban luka-luka baik berat maupun ringan. Kebanyakan dari mereka mengalami patah tulang, rambut terbakar, kulit mengelupas, dan kuku-kuku tecabut lepas. Banyak korban selamat yang awalnya terlihat sehat baru merasakan dampaknya setelah 10-20 tahun paska kejadian. Kesehatan mereka tiba-tiba merosot tajam, hingga akhirnya tutup usia.

Kisah bocah di atas adalah ilustrasi yang saya kutip dari lembar "Peace Declaration" yang ditulis oleh Matsui Kazumi, Walikota Hiroshima. Peace Declaration dibacakan pada hari peringatan Atomic Bomb Day ke-68, 6 Agustus 2013.

Rasa sakit, amarah, derita, luka, dan kesedihan yang mendalam masih terbayang di ingatan. Bersama ratusan ribu korban lainnya yang selamat, hibakusha berjuang untuk berdamai dengan penderitaan masa lalu. Melalui ingatan-ingatan yang pedih dan memilukan, mereka menyerukan perdamaian dunia. Bagi merereka, perdamaian dunia belum nyata selama teknologi nuklir masih terus dikembangkan oleh negara-negara maju.

Dalam "Peace Declaration", Matsui Kazumi menulis, "...the atomic bomb is the ultimate inhuman weapon and an absolute evil. The hibakusha, who know the hell of atomic bombing, have continuously fought that evil."

Saat ini, hibakusha, yang rata-rata berusia 78 tahun, terus berusaha menyerukan perdamaian dunia. Mereka berharap, setiap orang dari seluruh dunia ikut menyebarkan semangat ini.

Mengingat kembali kejadian ledakan bom atom yang terjadi 68 tahun lalu, Matsui Kazumi mengajak kita semua, "... to do everything in our power to eliminate the absolute evil of nuclear weapons and achieve a peaceful world."

*

hiroshima 7
Pengunjung Hiroshima Peace Memorial Museum mengamati foto yang menampilkan wajah Hiroshima yang rusak parah akibat ledakan bom pada 6 Agustus 1945.
hiroshima 1
Salah satu diorama museum yang menunjukkan efek bom terhadap tubuh dan pakaian manusia.
Mengunjungi Peace Memorial Park, saya sendiri hanya bisa termenung menyaksikan bagaimana bukti kejahatan sebuah peperangan dipaparkan. Peace Memorial Park dulunya adalah jantung politik dan ekonomi kota Hiroshima. Karena alasan itulah maka area ini dijadikan target operasi peledakan bom oleh Amerika Serikat. Pemerintah Jepang sengaja menjadikannya sebagai Peace Memorial Park untuk mengingatkan masyarakat akan tragedi bom atom yang terjadi puluhan tahun silam.

Peace Memorial Park adalah sebuah lahan seluas 120.000 meter persegi. Di tempat ini terdapat bangunan berupa Peace Memorial Museum, A Bomb Dome, Children's Peace Monument, Genbaku Dome (Monumen Perdamaian Hiroshima), dan taman kota. Setiap tanggal 6 Agustus, pemerintah Jepang menjadikan Peace Memorial Park sebagai tempat peringatan Atomic Bomb Day.

Tak jauh dari Peace Memorial Museum terdapat A Bomb Dome, pilot's target peledakan bom atom. A Bomb Dome sendiri dulunya adalah bangunan Prefectural Industrial Promotion Hall, tempat promosi industri Hiroshima. Ketika bom atom diledakkan di atas kota Hiroshima, hanya sedikit bangunan yang mampu bertahan, A Bomb Dome salah satunya. Oleh pemerintah Jepang bangunan ini sengaja dijadikan situs sejarah untuk mengingatkan kita akan kekejaman sebuah peperangan.

Saat mengunjungi lokasi Hiroshima Peace Memorial Park, saya mendapati matahari bersinar terang, langit berwarna biru, awan putih berarak, dan burung-burung terbang di udara. Menurut keterangan Peace Memorial Museum, suasana hari yang cerah seperti itu persis seperti ketika bom atom diledakkan di atas kota Hiroshima. Saya jadi membayangkan, bagaimana kalau tiba-tiba sebuah bom kembali diluncurkan saat saya sedang menikmati keindahan kota ini..... hfff.....

hiroshima 4
Hiroshima adalah kota cantik yang dililit sungai-sungai dengan banyak tumbuhan hijau.
hiroshima 6
Ribuan origami dibuat oleh masyarakat Jepang sebagai seruan perdamaian dunia. Bagi orang Jepang, origami berbentuk bebek menggambarkan pengharapan yang sangat besar.
hiroshima 2
Sejumlah orang lanjut usia mengunjungi Hiroshima Peace Park.

Satu hari sebelum berangkat menuju Hiroshima, seorang teman yang pernah mengunjungi kota yang terletak di wilayah Chugoku ini mengatakan, "Hiroshima is beautiful, but sad." Menginjakkan kaki di Hiroshima saya menyadari, apa yang dikatakannya tak jauh berbeda dengan yang apa yang saya rasakan.

Hiroshima memang kota yang indah. Kota ini dikelilingin sungai-sungai cantik dengan pohon-pohon teduh di pinggirnya. Siapa sangka, di kota seelok ini, sebuah tragedi memilukan pernah terjadi.

Sebelumnya, sejak jaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II Hiroshima dikenal sebagai pusat industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Sejak Jepang melancarkan serangan mendadak melumpuhkan Angkatan Laut US di pangkalan Pearl Harbor, Hawai, pada 7 Desember 1941, Amerika Serikat bertekad untuk perang melawan kekaisaran Jepang. Belajar dari kesalahan dan penderitaan masa lalu, kini, Hiroshima mencoba untuk menata diri.

Dalam sebuah diorama di Hiroshima Peace Memorial Museum, mata saya berkaca-kaca mendengar suara seorang ibu berteriak, "Tolong... Tolong..." sesaat setelah ledakan bom terjadi. Ibu itu berusaha meminta bantuan orang yang lewat untuk menyelamatkan anaknya yang sekarat di bawah bangunan rumah yang ambruk. Tak ada orang yang datang membantu, semua orang bingung dan sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

Ibu itu pun melihat kondisi tubuhnya yang compang-camping, penuh darah dan luka. Ia merintih kesakitan, ia tak mampu berbuat banyak. Sambil menangis dan dengan diliputi dilema dan penyesalan luar biasa, ia meninggalkan anaknya pergi.

Kisah si ibu adalah satu dari sejumlah kisah yang dipaparkan di Peace Memorial Museum. Sejarah mencatat bahwa bom atom telah menewaskan ratusan ribu korban jiwa, menghancurkan bangunan, meluluh-lantakkan kota. Para peneliti memperkirakan, membutuhkan waktu selama 75 tahun agar tumbuhan bisa kembali tumbuh di Hiroshima. Tapi siapa sangka, hanya memerlukan waktu satu musim semi untuk melihat kembali daun-daun berwarna hijau tumbuh pada tangkai-tangkai pohon.

Daun-daun hijau yang tumbuh dan bunga-bunga yang kembali bermekaran adalah harapan baru bagi Hiroshima. Maka dari Hiroshima kita belajar berdamai dengan masa lalu dan menjadikan kenangan pahit sebagai kekuatan dan harapan menyambut masa depan (DPN, 2013).
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

3 comments:

  1. someday, i will be there...nice story kriwil....

    ReplyDelete
  2. karena memaafkan dan melepaskan masa lalu, juga menerima diri sendiri, adalah langkah awal menjadi bijaksana. nice post.

    ReplyDelete

rambutkriwil

chronicle of a curly girl to live a life

Featured Post

MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM

HI YOU! NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM   NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM   SE...

Latest Posts

Instagram Post!

Followers